Kesehatan

23 Jun 2021, 08:57:12 WIB

Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (umur 0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap kematian bayi. Di dalam angka kematian bayi tercakup angka kematian neonatal, begitu pula angka kematian balita tercakup angka kematian bayi tetapi tidak tercakup neonatal.Di Kabupaten Kolaka tahun 2019, Angka Kematian Neonatal sebesar 8.2 per1.000  Kelahiran  Hidup,  Angka  Kematian  Bayi sebesar  12.3  per  1.000mKelahiran Hidup, dan Angka Kematian Balita sebesar 5.4 per 1.000 Kelahiran Hidup.

3 (tiga) komponen angka kematian anak, AKN dan AKB cenderung pada angka yang konsisten, kecuali tahun 2019 ini terjadi penurunan cukup signifikan, kecuali AKABA terlihat sangat fluktuatif yaitu tahun 2015 sebesar 13/1.000 KH, tahun 2016 turun drastis ke angka

5/1.000  KH,  tahun  2017  naik  tinggi  ke  angka  14/1.000  KH,  tahun  2018 kembali turun drastis ke angka 4,5/1.000 KH, dan naik lagi pada tahun 2019 menjadi 5.4/1.000 KH. Tentunya AKABA perlu menjadi perhatian karena jika melihat trend 5 tahun terakhir, tidak menutup kemungkinan akan ada peningkatan kembali tahun berikutnya. Olehnya itu, perlu ada peningkatan upaya penanganan kematian balita misalnya pada program MTBS dan DDTK.

Gizi Bayi

Gizi merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dengan gizi yang baik, tubuh akan segar dan kita dapat melakukan aktivitas dengan baik. Gizi harus dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena gizi selain penting untuk pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembangan otak utamanya di usia  Balita.  Balita  yang  kekurangan  asupan  gizi  berpotensi mengalami stunting yang akan menunjukkan gangguan pertumbuhan yaitu balita gizi kurang (BB/U), balita pendek (TB/U), dan balita kurus (BB/TB) yang dapat terjaring pada saat dilakukan penimbangan balita. 

lbu yang sedang hamil harus mulai memperhatikan asupan gizi dan juga  melakukan   imunisasi. Setelah  anak  lahir  sangat  dianjurkan untuk memberikan Air  Susu  lbu  (ASI) kepada  bayi, karena ASI merupakan makanan   pertama bayi  yang  memiliki  peranan  penting  dalam  proses tumbuh kembang anak. ASI adalah nutrisi terbaik dan terlengkap, mengandung protein dan zat-zat gizi berkualitas tinggi serta mengandung zat antibodi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi  serta melindungi tubuh  bayi  dari alergi dan  penyakit infeksi lainnya. Oleh sebab itu pemerintah menganjurkan agar seorang ibu dapat  memberikan ASI eksklusif  kepada bayi  sejak dilahirkan sampai  6 bulan setelahnya, tanpa  menambahkan atau mengganti dengan makanan/minuman lain. Selanjutnya setelah bayi berusia  6 bulan keatas dilanjutkan bersama dengan  makanan  tambahan dan ASI tetap diberikan hingga usia 2 tahun.

Persentase  anak  baduta  yang  pernah  diberi  ASI  sebesar  95,25 persen. Artinya, masih ada 5 dari setiap 100 baduta yang sama sekali tidak pernah   mendapatkan ASL  Tidak  terlihat adanya perbedaan perlakuan antara bayi laki-laki dan perempuan. Dari 95,25 persen anak yang pernah diberi  ASI tersebut,  rata-rata lamanya  pemberian ASI  adalah  9 bulan. Secara umum  pemberian ASI  telah   dilakukan   oleh  para  ibu,  namun demikian  upaya dukungan   pemberian ASI selama  2 tahun  tetap harus dilakukan  karena berdasarkan survei yang dilakukan, baduta yang menerima ASI secara penuh hingga dua tahun masih relatif sedikit.

Persentase Baduta Yang Pernah diBeri Air Susu Ibu (ASI) Menurut Kelompok Pengeluaran (Persen) Tahun 2020 

Tabel di atas menjelaskan  perilaku   pemberian   ASI   kepada   anak baduta  yang  dikelompokkan  menurut  tingkatan   ekonomi   masyarakat. Fakta  menonjol  yang terlihat dari tabel  tersebut adalah pada  kelompok masyarakat  ekonomi   teratas.   Dari  setiap   100   baduta  di  kelompok tersebut, semua anak sudah pernah  mendapatkan ASL

Kondisi gizi balita di Kabupaten Kolaka secara umum sudah lebih baik, balita gizi kurang, balita pendek, dan balita kurus masing-masing tidak lebih dari 2% berbanding dengan jumlah balita ditimbang.

Tenaga Kesehatan

Sumber Daya Manusia Kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan, Pendidikan, dan pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan.

Sampai tahun 2019 data tenaga berstatus ASN sebanyak 799 orang dan tenaga Nusantara Sehat sebanyak 42 orang. Namun perlu diketahui bahwa di Kabupaten Kolaka ada beberapa jenis tenaga selain ASN dan Nusantara Sehat yang merupakan pengangkatan program khusus misalnya pendayagunaan tenaga kesehatan sebanyak 245 orang dan tenaga pendamping UKS di sekolah sebanyak 106 tenaga, tenaga PHTT pada Kantor Dinas Kesehatan sebanyak 60 orang, dan tenaga non PNS Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka sebanyak 226 orang serta tenaga kontrak sebanyak 88 orang.

PILIHAN REDAKSI