Resmikan Pesantren Milenial, Menkominfo Ajak Kenali dan Waspadai Hoaks

Literasi digital warga negara menjadi faktor penentu dalam menciptakan ketahanan nasional di dunia siber. Oleh karena itu, Pemerintah terus mendorong upaya pendidikan literasi digital, termasuk kolaborasi dengan komunitas pesantren. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengajak santri Pesantren Peradaban Dunia Jagad 'Arsy dan dai dari sejumlah kota untuk mewaspadai hoaks dengan mengenali ciri-ciri informasi yang menyesatkan serta cara menghindarinya. 

"Literasi masyarakat masih perlu ditingkatkan, terutama untuk mengenali hoaks. Ciri-ciri hoaks ada teks yang tulisannya dari kamar sebelah. Atau mengatasnamakan golongan tertentu. Harus waspada, ini tanda-tanda hoaks," ungkapnya usai meresmikan Pesantren Peradaban Dunia Jagad 'Arsy sebagai Pesantren Milenial di BSD Sektor 14-6, Serpong, Tangerang, Sabtu (1/03/2018).

Menteri Rudiantara meminta seluruh peserta Manaqib TQN Suryalaya di Pondok Pesantren Jagat 'Arsy untuk cerdas dalam menggunakan teknologi. "Sekarang komunikasi sekarang berubah, kalau dulu yang telepon bayar dan yang terima tidak. Dengan aplikasi, kini yang telepon bayar yang terima bayar. Kalau terima yang sifatnya namimah, ghibah atau fitnah, jangan buang-buang pulsa. Abaikan saja," tandasnya.

Tak hanya itu, Menteri Kominfo mengajak seluruh santri dan hadirin untuk membagi informasi yang benar dan bermanfaat. "Pastikan berita benar, kalau kita mau kirimkan. Kalau orang Indonesia selalu ingin jadi yang pertama mengirim. Itu tidak apa-apa, jika yang dikirim bermanfaat," paparnya di hadapan sekitar 1000 santri/wati, dai, ulama dari sejumlah kota.

Mengutip hasil Studi Masyarakat Telematika, Menteri Kominfo menjelaskan saat ini penyebaran berita bohong dalam bentuk teks lebih dominan, dibandingkan dalam bentuk video yang lebih muda jika diubah atau dipalsukan. "Penyebaran bohong dalam bentuk teks sekarang 62 persen, sementara 26 persen dalam bentuk gambar, dan kurang dari 1 persen dalam bentuk video," tuturnya seraya mendorong agar literasi masyarakat Indonesia dalam memilih dan memilah informasi harus selalu ditingkatkan.

Menteri Rudiantara mendorong setiap warga untuk menghindari dosa berjamaah dari menyebar informasi yang tidak benar. Seperti  berita bohong atau palsu mengenai ada ustadz atau tokoh masyarakat dan agama yang diserang dan diancam dan lain sebagainya. "Pastikan infromasi yang dikirim, informasinya benar. Kalau tidak benar, berarti fitnah. Jika kemudian disebarkan ke grup lain maka terjadi fitnah berjamaah. Hindari fitnah berjamaah agar terhindar dari dosa berjamaah," katanya.

Dalam kesempatan itu Menteri Kominfo juga menjelaskan tentang arti penting registrasi prabayar dan upaya Kementerian Kominfo untuk menyediakan akses internet yang merata di seluruh pelosok negeri. Pelibatan lingkungan pesantren sebagai mitra peningkatan literasi digital menjadi penting di tengah dinamika digital dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi. 

Sesepuh Pesantren Jagad 'Arsy Abah Aos pun membuka peluang menjadi Pesantren Milenial. Pesantren yang mendidik generasi milenial yang religious, saintis, berjiwa entrepreneur, berwawasan international dan cinta lingkungan. Pesantren itu menempati kawasan seluas 3,1 Ha di Rawa Mekar Jaya Serpong Kota Tangerang itu didirikan K.H. Budi Rahman Hakim dan Hj. Siti Rahmaniah.

Sehari sebelumnya, santri dan santriwati mengikuti Workshop Literasi Digital dan Produksi Konten Positif. Sejumlah pegiat literasi digital dan Indonesiabaik.id membekali para santri dengan pengetahuan tentang regulasi digital dan keterampilan mengolah dan memproduksi konten digital.

Melalui kolaborasi itu, diharapkan santri Pesantren Milenial tidak hanya hafal Al-Qur’an, atau bisa masuk universitas favorit di dalam atau di luar negeri. Bahkan tidak hanya menguasai Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari, melainkan siap beradaptasi dan memberikan nilai manfaat dengan beragam konten positif di dunia siber.

Sumber : https://kominfo.go.id

Baca Lainnya

PILIHAN REDAKSI